Obat Puyer

Hasil gambar untuk proyek
Obat Puyer

Aku berdecik melihat pekerjaan tukang tim kontraktor yang tidak sesuai gambar PSD, masak plafon yang dikerjakan macam rempeyek, dikompon terus menerus, berlanjut dengan ruang di kantor untuk pihak manajemen hotel, kuamati, grc yang dikerjakan sebagai sekat malah melenceng, tidak simetris, "Nguantuk ini kontraktor!" seruku geram.

Sejujurnya muntab tingkat dewa aku sama kontraktor interior yang satu ini, tidak profesional! Pelit lagi! Dibanding dengan kontraktor ME dan Kontruksi yang sering traktir atau ngajak karaokean. Sebagai inspektor arsitektur di MK, yang mengawasi kinerja kontraktor interior, modal garang dan tegas pun harus kupampang biar mereka good job.

"Assalamu'alaikum!" teriakku memasuki direksi keet yang macam gubuk reyot derita. Kudengar di dalam ada yang lagi memukul-mukul benda di lantai. Wah bikin rusak ini! Tilang ah! batinku.

"Wa...wa...waalaikum." Gadis berjilbab ungu muda itu mendongak, entah apa yang dilakukannya sedang berjongkok sembunyi di bawah meja kerjanya.

"Mana pak bosmu?"

"Oh... eee... dia...dia... itu Koh, lagi beli material."

"Terus yang ngawasin pekerjaan itu siapa?"

"Iya, Bio yang ngawas lapangan juga lagi ngawasin pemasangan walpaper yang sudah dipasang flin di koridor lantai 4 Koh, nanti juga turun," jawabnya santai, "kalau para drafter dan QS lagi ngukur lapangan, mau nyesuain gambar buat bikin ABD dan untuk buat SI."

"Semuanya sibuk, lah, kamu ngapain? Jongkok-jongkok begitu kayak orang mau buang air?"

Admin project itu terbatuk--memang dia lagi batuk-batuk, aku pun mendekat penasaran. 

"Lagi mukulin obat, Koh."

"Obat kok dipukulin! Dipuyer?"

"Iya, saya gak bisa minum obat telan, tenggorokan saya kecil, sudah pernah coba tapi dimuntahkan!" Dia membela diri, aku tersenyum mencair, dia mirip adikku, yang segede jerapah tapi masih minum obat puyer, "gak kerja, Koh?" tanyanya halus alias mau mengusir pasti!

"Kamu lihat sekarang aku apa? Ini lagi kerja tahu!"

"Hehehe iya, Koh!"

"Aku kok jadi ingat pernah keselek obat, hampir koit gitu."

"Innalillahi!" Ia spontan kaget sedih.

"Asem! Aku belum mangkat, loh!"

"Iya Koh, innalillahi itu buat orang yang kena musibah, Koh!" 

Aku pun mengangguk. Dia lalu menyodorkan beberapa kue seadanya--mungkin sisa-sisa atau kue kemarin, dan kopi yang disuruh aku seduh sendiri. 

Tim ini ternyata tidak kaku! Malah asyik! Kuakui kontraktor ini begitu sederhana, ala kadarnya, mereka juga tidak menyukai jurus mentraktir MK untuk sekedar menyuap halus kami para MK agar segera diacc jobnya. 

Seringkali aku mendengar hahahihi dari direksi keet yang macam gubuk derita ini, bekerja sampai larut, mereka seperti keluarga sederhana tapi komplit, tak terpengaruh adanya aksi besar-besaran antara etnis dan pribumi. Tapi mereka tetap hidup rukun.

Komentar

Postingan Populer